SEPELE BERAKIBAT PATAL
Sampai saat ini, masih kerap ditemui perilaku pemilik mobil yang salah kaprah. Hal ini bersumber dari mitos atau bahkan kebiasaan yang salah, tapi terjadi secara berulang-ulang dan turun temurun. Namanya saja mitos, pasti takdisertai dengan alas an teknis yang benar.
Salah satu contoh, peilaku menghidupkan mesin dipagi hari. Padahal, untuk mobil-mobil baru dengan mesin modern sudah menggunakan teknologi tinggi. Sehingga, tak perlu ritual ini. Bukan saja tak perlu, tapi justru lebih banyak bahayanya dari pada manfaatnya. Seperti :
1. Menghidupkan di garasi dalam ruang tertutup, ini akan mengakibatkan pembuangan gas sisa pembakaran berbahaya karena gas yang keluar mengandung CO gas beracun yang berbahaya bagi kesehatan bahkan dapat menimbulkan kematian.
2. Setidaknya dengan memanaskan mesin akan membuang-buang bahan bakar.
Begitupun habiat atau kebiasaan ketika mematikan mesin. Masih banyak yang menggeber-geber pedal gas hingga putaran di atas 3000 rpm berkali-kali sebelum mesin mati. Kebiasaan pada mobil lama ini, dipercaya membuat umur aki lebih awet. Karena saat mobil akan terparkir, arus listrik di aki tak bakal tekor karena ada tambahan arus dari alternator sesaat sebelum mesin dimatikan. Benarkah…?
Tak Cuma itu, masih banyak ragam kesalahan yang kelihatanya sepele, tapi justru berdampak pada kerusakan yang lebih besar. Imbasnya, berbuntut pada ongkos perbaikan yang lebih mahal.
Apasajakah yang perlu diperhatikan….!
1. PEMANASAN MESIN
Masih banyak yang sering melakukan ritual “manasin mesin” sebelum mobil dipakai beraktivitas. Jika sering melakukan hal ini, sebaiknya tidak terlalu lama, sebab hanya akan membuang-buang bahan bakar saja.
Ritual ini dilakukan untuk memberi kesempatan supaya oli dapat melumasi setiap bagian dengan baik. Sebenarnya dipanasin atau tidak, oli tetap melekat di komponen yang ada, terlebih jika hanya didiamkan beberapa jam saja.
Sebenarnya, secara tidak sengaja dan tak disadari proses memanasin mesin ini tetap dilakukan pemilik mobil. Ketika akan membuka atau menutup pintu pagar rumah, mesin menyala, sudah masuk tahap persiapan. Berikutnya, saat keluar dari garasi dan komplek perumahan, kecil kemungkinan mobil akan langsung dipacu dalam keadaan kencang. Pasti perlahan terlebih dahulu, ini juga masuk salah satu proses tersebut.
Nah dari proses ini, berarti manasin mesin digarasi tidak perlu terlalu lama lagi. Selain boros bensin, juga menyumbang polusi asap dan bau di rumah sendiri. Terutama jika ventilasi garasi tidak terlalu baik.
2. ANGKAT WIPER
Masih banyak dijumpai pemilik yang mengangkat wipernya saat parkir. Alasanya supaya karet wiper tidak rusak karena kena panas, debu dan lainya. Padahal ritual ini tidaklah benar. Diangkat atau tidak, karet wiper akan tetap terkena panas atau debu. Kecuali dilepas dahulu, masukin dalam tas dan bawa masuk ke kantor, tapi repot kan…!
Untuk merawat wiper , tak perlu sampai repot begitu. Dengan perilaku tersebut , yang akan terkena dampak justru per yang ada di batang wiper.” Nantinya per bias menjadi lemah, yang mengakibatkan tekanan batang wiper ke kaca justru melemah. Daya sapu wiper jadi tidak maksimal.
Solusi terbaiknya, tetap biarkan saja woper menempel di kaca selama mobil parker. Yang justru membersihkan kaca dari kotoran. Jika banyak debu, sebaiknya usir sekaligus menggunakan air supaya tidak merusak kaca.
3. MESIN HIDUP SAAT ISI BBM
Masih banyak dijumpai mobil mengisi bahan bakar di SPBU dengan kondisi mesin menyala. Padahal, perilaku ini berisiko menimbulkan kebakaran. Sudah banyak contoh nyata. Sebuah mobil yang terbakar di SPBU Sentul City Bogor beberapa waktu lalu adalah bukti kongkrit. Mobil jenis MPV ini terbakar ludes, kuat dugaan karena terjadi korsleting pada kelistrikan yang menyambar uap bahan bakar saat pengisian bahan bakar, banyak kejadian-kejadian hal serupa terjadi.
Saat mesin mobil hidup, maka semua kelistrikan pun bekerja. Kebakaran bisa dipicu dari korsleting pada kabel yang rusak dan menghasilkan percikan api. Api inilah yang berpotensi menimbulkan kebakaran. Jadi, sebaiknya matikan mesin mobil pada saat mengisi bahan bakar.
4. MATIKAN AC SEBELUM MEMATIKAN MESIN
Masih banyak dijumpai, menghidupkan mesin, tapi pendingin ruangan (AC) sudah menyala. Hal ini karena banyak pengemudi yang lupa mematikan AC sebelum mematikan mesin. Selain itu, ada juga yang sengaja menyalakan AC untuk mengusir udara panas di kabin, sebelum menyalakan mesin. Alasanya, untuk menghemat bahan bakar.
Padahal, perilaku ini sangat merugikan, berdampak pada aki dan juga compressor AC. Saat kunci kontak posisi ON dan AC menyala, maka sumber listrik dari aki akan terkuras. Padahal aki belum menerima asupan arus listrik dari alternator. Bila ini dilakukan berulang-ulang, bisa menyebabkan umur aki pendek.
Selain itu, ketika menghidupkan mesin, maka beban mesin langsung berat, karena harus langsung menggerakkan compressor AC. “ Sebaiknya nyalakan mesin dalu sampai putaran mesin idle, baru kemudian menyalakan AC. Dengan begitu, usia komponen mesin dan compressor lebih awet”.
5. LANGSUNG STARTER
Coba diingat-ingat, bagaimana kebiasaan menghidupkan mesin? Apakah memutar kunci kontak langsung ke starter, atau berhenti beberapa detik di posisi “ON”? Setiap mobil memiliki ketentuannya masing-masing. Ada yang menunggu, tapi ada juga yang bisa langsung start. Maka itu penting untuk mengenal mobil serta membaca buku panduan.
Dengan menunggu beberapa detik, membuat beberapa komponen yang mengandalkan elektrikal dan perintah computer berjalan dengan baik. Salah satu proses menunggu ini yakni membiarkan pompa bahan bakar berada dalam keadaan “siap” untuk bekerja.
Contoh mobil yang harus menunggu untuk start yaitu Toyota Kijang Innova Diesel. Dalam bukunya disebutkan sebelum start harus menunggu symbol indicator pemanas awal mesin (berlambang rambut diikat dua) padam terlebih dahulu. Lalu, bagi mobil yang bisa langsung ke posisi start, biasanya komponen-komponen yang ada sudah memiliki kekuatan yang berbeda. Salah satu contoh, slang-slang bahan bakar. Memiliki tekanan yang baik.
Jika ingin mengunggu sebelum start, pastikan ada beberapa lampu yang padam. Seperti Indikator ABS, Elektrik Power Steering, T-Belt, Check Engine (mobil yang sudah injeksi), dan lainya. Selain lampu biasanya diikuti dengan bunyi.
Tidak ada salahnya menunggu, toh waktu yang dihabiskan juga tidak lama, kurang dari 5 detik.
6. MENGENCANGKAN MUR BAN
Pernah kesulitan membuka mur roda/ban saat ban kempis? Coba ingat-ingat bagaimana proses pengencanganya. Masih banyak yang salah saat mengencangkan mur ban. “Paling banyak diinjak. Maksudnya supaya kencang. Padahal ini tidak tepat”.
Dengan menggunakan kunci ban, lakukan pengencangan seperlunya saja. Bagaimana indicator pengencanganya? “sampai putaranya sudah habis atau berat, itulah saatnya berhenti, tidak perlu diinjak segala, apalagi, ketika dipakai sekian lama, pasti panas akibat pemakaian atau jalan akan membuat besi memuai. Efeknya pasti mur roda akan lebih kencang lagi.
Ketika kita melakukan pengencangan pastikan mur terhadap baut tidak miring, sebab jika miring bias merusak drat dikeduanya membuat mur dan baut jadi jelek sehingga tidak bisa dibuka.
Hal lain yang bisanya salah, ketika melakukan pengencangan mur roda, ekstension kunci roda dibuat panjang. Tenaga yang diterima oleh mur jadi sangat berlebih. Ekstension kunci roda, atau atau pemanjangan kunci roda hanya dipakai untuk membuka mur roda, itupun kalau terlalu keras.
7. HEAD UNIT HIDUP SAAT MENGHIDUPKAN MESIN
Matikan head unit sebelum mematikan mesin. Hal ini untuk menghindari system audio hidup, mobil distarter, maka terjadi lompatan arus listrik yang besar. Ketika system audio sudah menyala, maka arus yang berlebih ini bisa menghantam system audio.
Resiko teringan , arus listrik ini akan menghantam power pada head unit yang bisa membuat kerusakan pada head unit.Terlebih untuk mobil yang system audionya sudah menggunakan power amplifier. “Rata-rata kerusakan power disebabkan oleh perilaku ini. Mendeteksinya gampang , saat head unit dinyalakan, maka akan timbul suara ngejeleduk pada speakcer. Duk…duk…. Ini pertanda power amplifier bermasalah.
8. GEBER GAS SEBELUM MATIKAN MESIN
Menggeber gas sebelum mematikan mesin banyak ditiru dari arena balap zaman dulu. Di dunia balap, langkah ini dilakukan untuk untuk melihat warna busi setelah melakukan setting mesin dan dicoba mobil di sirkuit. Dengan melihat warna busi, diketahui apakah campuran bahan bakar terlalu kaya atau miskin.
Sayangnya, metode ini masih banyak dipakai pada pemilik mobil harian, Padahal, hal ini berpotensi merusak mesin. Khususnya mesin Diesel yang dilengkapi dengan turbo.
Dengan menggeber di rpm tinggi, maka turbo akan aktif. Ketika melakukan konpresi, turbin berputar hingga 150.000 putaran tiap menit (rpm) atau 30 kali putaran mesin pada umumnya. Jadi, temperature turbo juga melesat naik, ketika bersentuhan dengan gas buang. Untuk membantu proses pendinginan, menggunakan oli mesin yang disirkulasikan dengan pompa oli.
Nah, bila dimatikan mendadak, maka pelumas akan terjebak dan terbakar serta berubah menjadi keras. “lalu saat mesin dinyalakan dan turbo bekerja, pelumas menjadi ampelas dan merusak sil dan bushing. Sil rusak, oli pun masuk ke ruang bakar. Inlah pangkal dari penyaki.
Demikian tips berkendara yang dapat saya sampaikan , supaya kendaraan kita lebih aman, awet, dan dapat dijaga keutuhanya agar tidak mengakibatkan kendaraan rusak lebih patal yang tentunya akan mengeluarkan biaya yang lebih mahal untuk perbaikan, semoga bermanfaat bagi para pembaca terutama yang memiliki kendaraan.
[ad_2]
Source link
0 Response to "SALAH KAPRAH PERILAKU BERKENDARA"
Posting Komentar